Pidato Heidenberg (Pengantar Diskusi Muhammad Yamin)

Pidato Heidenberg (Pengantar Diskusi Buku Pembangunan Semesta Karya Muhammad Yamin)

Oleh : Muhtar Said

Universitas Heidenberg, menjadi saksi sejarah Soekarno berpidato. Isi pidatonya itu, mengandung makna syiar Indonesia. Dia mengenalkan Indonesian sebagai negara yang kaya raya, negara yang damai dan ramah kepada siapa saja. Bahasa Jerman merupakan bahasa yang digunakan oleh Soekarno, karena Universitas Heidenberg merupakan salah satu universitas agung di negara itu.
Jerman pada waktu itu (dan sekarang juga), merupakan pusat peradaban, negara yang digdaya dengan perekonomian dan keahliannya dalam bidang teknik. Soekarno datang ke Jerman bukan untuk menghabiskan anggaran Indonesia, namun dirinya pergi ke Jerman dengan membawa misi, misi untuk mengenalkan kekayaan alam Indonesia yang belum terjamah.

“saya berbicara disini sebagai wakil Indonesia. Tuan-tuan telah mendengar suara Indonesia dari mulut saya. Saya harap tuan-tuan akan berusaha untuk mempelajari dan mengenal Indonesia. Indonesia adalah sahabat tuan-tuan. Saya harap supaya uraian saya menambah sedikit pengertian tentang Nusantara yang terletak jauh diantara lautan teduh dan samudra Hindia dan yang merupakan jalan besar Eropa dan Australia”[1]

Seperti biasa, “aungan” Soekarno saat berpidato, mampu menghipnotis forum tersebut yang kebanyakan para mahasiswa dan cendekia yang ada di Jerman. Pidato kenegaraan itu merupakan salah satu cara yang dilakukan oleh Soekarno dalam melobi pihak Jerman untuk bisa menanamkan investasi ke Indonenesia, karena Soekarno memberikan jabaran kepada Jerman terkait dengan kekayaan Indonesia yang dikelilingi dua samudra dan dua benua.

Meskipun sebagai negara yang masih dalam membangun, [2] namun, Soekarno tetap pasang muka tegak, tanda sebuah kesamaan dengan Jerman yang memang sudah dikenal oleh banyak negara sebagai negara maju, karena mempunyai Sumber Daya Manusia yang kuat. Begitulah gaya Soekarno, selalu menjaga kewibawaan bangsa Indonesia dimata dunia.

Di hadapan  mahasiswa dan cendekia  Jerman yang berada di Universitas Heidenberg. Soekarno berani memposisikan Indonesia sebagai negara yang sangat penting, bahkan memposisikan Indonesia berada diatas Jerman. “Jerman diumpakan sebagai jantung Eropa. Kedudukan kami tidak kurang pentingnya, mungkin juga kedudukan kami lebih penting lagi. Kami berada dipersimpangan diantara dua benua dan dua samudra besar. Dan kami kaya raya, kaya raya sebagai dalam cerita dongeng, walaupun baru hanya sedikit saja yang kami korek dari kekayaan itu”.[3]

Soekarno ingin memberikan posisi tinggi kepada bangsa Indonesia terhadap bangsa Eropa. Jerman merupakan pusat peradaban pada waktu itu, namun Soekarno berani memposisikan jerman dibawah Indonesia. Begitulah teknik lobi Soekarno,  tidak mau menampakan bangsa Indonesia sebagai bangsa pengemis.

Pidato Soekarno memberikan garis besar kepada dunia, bahwa Indonesia merupakan negara yang kaya, mempunyai  kekayaan alam yang melimpah ruah, namun masih belum dimanfaatkan secara besar, karena baru sedikit yang dimanfaatkan sebagai sumber pendapatan.

Pidato Soekarno, Pedoman Pembangunan

Muhammad Yamin, memberikan pemaknaan terhadap pidato Soekarno. Pidato yang dilontarkan oleh Soekarno di Heindenberg itu, bisa diartikan sebagai sindiran bagi rakyat Indonesia, untuk bisa mengelola kekayaan yang dimiliki oleh Indonesia . Apabila sumber kekayaan itu bisa dikelola dengan baik maka bisa dinikmati oleh bangsa Indonesia. Memang, kekayaan alam Indonesia harus dapat dipergunakan sebagai pembangunan semesta. Supaya kesejahteraan rakyat bisa meningkat, sehingga tercapailah tahapan-demi tahapan untuk membawa bangsa Indonesia ke masyarakat sosialis Pancasila.

Yamin menginginkan pidato Soekarno saat di Hedenberg tersebut sebagai acuan oleh Dewan Perancang Nasional untuk membuat kerangka program, sehingga pembangunan tertata dengan sistematis.

Bagi Yamin, pidato Soekarno itu juga sekaligus memberikan dorongan kepada bangsa Indonesia supaya bisa mengelola kekayaan alam milik Indonesia. Namun, untuk mengelola itu semua terlebih dahulu, bangsa Indonesia harus cerdas dan mampu memunculkan kreatifitas, sehingga pemikiran yang inovatiif itu bisa digunakan untuk mengelola kekayaan alam yang dimilik oleh Indonesia.
Untuk mengelola itu semua dibutuhkan orang-orang yang cerdas, oleh karena itu pembangunan Sumber Daya Manusia haruslah diutamakan, supaya melahirkan pemikir-pemikir baru yang berbau kekinian. Orang-orang Indonesia haruslah cerdas dan mempunya pikiran pikiran baru untuk kemajuan bangsa.

“Presiden menandaskan dalam manipol 1959 itu kepada pemimpin-pemimpin bangsa kita , bahwa revolusi kita tidaklah hanya meminta sumbangan-keringat saja yang sebesar-besarnya, atau disiplin yang sekokoh-kokohnya, atau pengorbanan yang seiklas-iklasnya, yang oleh pemimpin kita itu selalu digembar-gemborkan kepada rakyat, tetapi juga tidak kurang pentingnya ialah kebutuhan untuk menciptakan atau melahirkan pikiran-pikiran baru dan konsepsi-konsepsi baru, justru oleh karena revolusi kita sekarang ini tak dapat diselesaikan dengan menggunakan texbook-texbook yang telah usang. (Manipol halaman 73).

Menjalankan negara memang tidak bisa terus menerus tergantung kepada keiklasan setiap warga negara untuk terus memberikan sumbangan kepada pemerintah.  Oleh karena itu pemerintah harus sudah memulai juga untuk membangun masyarakat itu sendiri. Dengan membangun sumber daya masyarakat, diharapkan akan memunculkan tokoh-tokoh baru sehingga estafet pembangunan terus bergulir. Sehinggga kekayaan alam yang tidak tergarap dengan baik bisa digarap oleh cendekia-cendekia baru yang memang lebih mumpuni dalam bidang disiplin maupun keahlian.

Untuk membangun itu semua maka dibutuhkan perancangan yang matang tidak boleh membangun secara serampangan, karena sumber kekayaan Indonesia dan sumber daya manusia itu sendiri saling berkaitan. Untuk itu Depernas harus mengonsep proyek  “A” dan proyek pembangunan semesta nasional yang terencana.

Perencanaan pembangunan  yang dimaksud oleh Yamin itu bersumber pada pidato Soekarno di Heidenberg.  Yamin memberikan rumusan kepada Depernas dalam membuat kerangka pembangunan yang bersumber pada pidato Soekarno, kedalam proyek “A” dan “B”.

“Tanah air kita kaya raya” itulah kalimat yang diucapkan oleh Soekarno, maka untuk menindak lanjuti perkataan Soekarno, maka Dipernas harus mengonsep proyek A dan B dengan menjawab pertanyaan yang terlontar dari kalimat Soekarno tersebut.

Kalimat Soekarno
Proyek A
Proyek B
Tujuan
Tanah Air kita Kaya raya
Bagaimana mengelola kekayaan yang melimpah-limpah itu
Bagaimana kekayaan itu dapat dipergunakan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat
Supaya rakyat sosialis pancasila dapat terbentuk, berkat beberapa tahapan pembangunan semesta

Proyek A merupakan proyek yang berbau dengan kecerdasan, karena dalam proyek ini membutuhkan orang-orang yang mampu dan bisa menaksir kekayaan Indonesia. Hal ini harus dilakukan supaya bisa memberikan target pendapatan dam proyek B merupakan mekanisme untuk memenuhi terget yang telah ditetapkan, sehingga proyek B itu seperti mengeksplotitasi potensi-potensi kekayaan alam yang ada di Indonesia.






[1] Muhammad Yamin, Pembangunan Semesta, hlm 1
[2] Padahal pada tahun-tahun itu, di dalam Indonesia itu sendiri masih terjadi gejolak masalah kepemilikan tanah, antara PKI dan golongan Agama. Ada konflik sosial pada waktu itu, karena masih dalam proses pelaksanaan Undang-Undang Agraria. Baca M. Alie Humaedi, dkk, Masyarakat Indonesia, Majalah Ilmu-Ilmu Sosial Indonesia LIPI, Jilid XXXIV, No 1, 2008, Jakarta hlm 172
[3] Ibid hlm 1-2

Related

Materi Diskusi 483693249168584713

Posting Komentar

emo-but-icon

WELCOME

NEWS

Kurikulum Sekolah Muhammad Yamin

Hot in week

Arsip

Kuliah Progresif

Alamat

item