Yamin, Pembuat Naskah Pidato Soekarno ?

Gaya santai dalam diskusi
Selasa (23/12/2015) Pusat Studi Tokoh Pemikiran Hukum (PUSTOKUM) menjalankan tradisinya, yakni membaca surat Yasin dan kemudian dilanjutkan dengan mengupas buku-buku karya Muhammad Yamin. “Pembangunan Semesta” merupakan buku Muhammad Yamin yang mendapat giliran dikupas oleh PUSTOKUM.

Pidato Heidenberg, begitulah judul di bab pertama dalam pembangunan semesta yang diulas pertama kali. Pidato Heidenberg merupakan pidato Soekarno di Universitas Heidenberg, Jerman. Dalam pidatonya itu Soekarno memberikan penjelasan kepada forum, bahwa Indonesia mempunyai kekayaan alam yang melimpah, namun belum tergarap dengan sepenuhnya, artinya hanya sedikit yang bisa digarap. Dibawah ini adalah ringkasan diskusinya.

Setelah membaca surat Yasin bersama-sama dan diakhiri doa oleh Ibnu Mufti, kemudian Samsirin menjalankan perannya sebagai moderator.

Samsirin :

Yamin merupakan tokoh Indonesia yang mempunyai segudang pengalaman dan ilmu pengetahuan, sehingga tidak heran jika Yamin mempunyai banyak karya. Salah satu karyanya adalah pembangunan semesta, yang mempunyai isi tentang perencanaan program-program pemerintah. Yamin begitu detail dalam membuat program. Dan program yang dimaksud oleh Yamin dalam bukunya ini bersumber pada pidato Soekarno di Universitas Heidenberg, maka dari itu disebut sebagai pidato Heindenberg. Untuk mengulas lebih jauh maka kami persilahkan tuan Muhtar Said untuk mempresentasikan hasil bacaannya.

Muhtar Said :

Terimakasih Yang Mulya Moderator telah memberikan kesempatan kepada saya untuk mempresentasikan BAB I dalam bagian buku ini, baiklah saya bacakan tulisan saya, sambil membaca akan saya terangkan, karena saya juga latihan membaca...

“Universitas Heidenberg, menjadi saksi sejarah Soekarno berpidato. Dia mensyiarkan Indonesia sebagai negara yang kaya raya, negara yang damai dan ramah kepada siapa saja. Tidak tanggung-tanggung, Soekarno dalam pidatonya menggunakan bahasa Jerman, karena Universitas Heidenberg merupakan salah satu universitas agung di negara itu.

Jerman pada waktu itu, merupakan pusat peradaban, negara yang digdaya dengan perekonomian dan keahliannya dalam bidang teknik. Soekarno datang ke Jerman bukan untuk menghabiskan anggaran Indonesia, namun dirinya pergi dengan membawa misi, misi untuk mengenalkan kekayaan alam Indonesia yang belum terjamah.

“saya berbicara disini sebagai wakil Indonesia. Tuan-tuan telah mendengar suara Indonesia dari mulut saya. Saya harap tuan-tuan akan berusaha untuk mempelajari dan mengenal Indonesia. Indonesia adalah sahabat tuan-tuan. Saya harap supaya uraian saya menambah sedikit pengertian tentang Nusantara yang terletak jauh diantara lautan teduh dan samudra Hindia dan yang merupakan jalan besar Eropa dan Australia”[1]

Seperti biasa, “aungan” Soekarno saat berpidato, mampu menghipnotis forum tersebut yang kebanyakan para mahasiswa, para cendekia yang ada di Jerman. Pidato kenegaraan itu merupakan salah satu cara yang dilakukan oleh Soekarno dalam melobi pihak Jerman untuk bisa menanamkan investasi ke Indonenesia, karena Soekarno memberikan jabaran kepada Jerman terkait dengan kekayaan Indonesia yang dikelilingi dua samudra dan dua benua.

Meskipun sebagai negara yang masih dalam membangun, Soekarno tetap pasang muka tegak, tanda sebuah kesamaan dengan Jerman yang memang sudah dikenal oleh banyak negara sebagai negara maju, karena mempunyai Sumber Daya Manusia yang kuat. Begitulah gaya Soekarno, selalu menjaga kewibawaan bangsa Indonesia dimata dunia.

Di hadapan penduduk dan mahasiswa Jerman yang berada di Universitas Heidenberg. Soekarno berani memposisikan Indonesia sebagai negara yang sangat penting, diatas Jerman. “Jerman diumpakan sebagai jantung Eropa. Kedudukan kami tidak kurang pentingnya, mungkin juga kedudukan kami lebih penting lagi. Kami berada dipersimpangan diantara dua benua dan dua samudra besar. Dan kami kaya raya, kaya raya sebagai dalam cerita dogeng, walaupun baru hanya sedikit saja yang kami korek dari kekayaan itu”.[2]

Begitula Soekarno yang ingin memberikan posisi tinggi kepada bangsa Indonesia terhadap bangsa Eropa. Jerman merupakan pusat peradaban pada waktu itu, namun Soekarno berani memposisikan jerman dibawah Indonesia. Begitulah teknik lobi  Soekarno. Yang tidak mau menampakan bangsa Indonesia sebagai bangsa pengemis.

Pidato Soekarno memberikan garis besar kepada dunia, bahwa Indonesia merupakan negara yang kaya, mempunyai  kekayaan alam yang melipah ruah, namun masih belum dimanfaatkan secara besar, karena baru sedikiti yang dimanfaatkan sebagai sumber pendapatan.

Muhammad Yamin, memberikan pemaknaan terhadap pidato Soekarno itu sebagai sebuah sindirikan bagi rakyat Indonesia, untuk bisa mengelola kekayaan yang dimiliki oleh Indonesia itu. Sehigga bisa dinikmati oleh bangsa Indonesia. Memang kekayaan alam Indonesia haruslah dapat dipergunakan sebagai pembangunan semesta. Supaya kesejahteraan rakyat bia meningkat, sehingga tercapaialah tahapan-demi tahapan untuk membawa bangsa Indonesia ke masyarakat sosialis Pancasila.
Yamin menginginkan pidato Soekarno saat di Hedenberg tersebut sebagai acuan kepada Dewan Perancang Nasional untuk membuat kerangka program, sehingga pembangunan tertata dengan sistematis.

Bagi Yamin, pidato Soekarno itu juga sekaligus memberikan dorongan kepada bangsa Indonesia supaya bisa mengelola kekayaan alam milik Indonesia. Namun, untuk mengelola itu semua terlebih dahulu, bangsa Indonesia harus cerdas dan mampu memunculkan kreatifitas, sehingga bisa mengelola sumber kekayaan Indonesia.

Untuk mengelola itu semua dibutuhkan orang-orang yang cerdas oleh karena itu pembanguna Sumber Daya Manusia haruslah diutamakan, supaya melahirkan pemikir-pemikir barus yang berbau kekinian. Orang-orang Indonesia haruslah cerdas dan mempunya pikiran pikiran baru untuk kemajuan bangsa.

“Presiden menandaskan dalam manipol 1959 itu kepada pemimpin-pemimpin bangsa kita , bahwa revolusi kita tidaklah hanya meminta sumbangan-keringat saja yang sebesar-besarnya, atau disiplin yang sekokoh-kokohnya, atau pengorbanan yang seiklas-iklasnya, yang oleh pemimpin kita itu selalu digembar-gemborkan kepada rakyat, tetapi juga tidak kurang pentingnya ialah kebutuhan untuk menciptakan atau melahirkan pikiran-pikiran baru dan konsepsi-konsepsi baru, justru oleh karena revolusi kita sekarang ini tak dapat diselesaikan dengan menggunakan texbook-texbook yang telah usang. (Manipol halaman 73).

Menjalankan negara memang tidak bisa terus menerus tergantung kepada keiklasan setiap warga negara untuk terus memberikan sumbangan kepada pemerintah.  Oleh karena itu pemerintah harus sudah memulai juga membangun masyarakat itu sendiri, supaya banyak tokoh-tokoh baru yang bermunculan sehingga estafet pemabngunan terus bergulir. Sehinggga kekayaan alam yang tidak tergarap dengan baik bisa digarap oleh cendekia-cendekia baru yang memang lebih mumpunk dalam bidang disiplin maupun keahlian.

Untuk membangun itu semua maka dibutuhkan perancangan yang matang tidak boleh membangun secara serampangan, karean sumber kekayaan Indonesia dan sumber daya manusia itu sendiri saling berkaitan. Untuk itu Depernas harus mengonsep proyek  “A” dan proyek pembangunan semesta nasionnal yang terencana.

Perencanaan pembangunan  yang dimaksud oleh Yamin itu bersumber pada pidato Soekarno di Heidenber.  Yamin memberikan rumusan kepada Depernah dalam membuat kerangka pembangunan yang bersumber pada pidato Soekarno, kedalam proyek “A” dan “B”.

“Tanah air kita kaya raya” itulah kalimat yang diucapkan oleh Soekarno, maka untuk menindak lanjuti perkataan Soekarno, maka Dipernas harus mengonsep proyek A dan B dengan menjawab pertanyaan yang terlontar dari kalimat Soekarno tersebut.
Kalimat Soekarno
Proyek A
Proyek B
Tujuan
Tanah Air kita Kaya raya
Bagaimana mengelola kekayaan yang melimpah-limpah itu
Bagaimana kekayaan itu dapat dipergunakan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat
Supaya rakyat sosialis pancasila dapat terbentuk, berkat beberapa tahapan pembangunan semesta

Proyek A merupakan proyek yang berbau dengan kecerdasan, karena dalam proyek ini membutuhkan orang-orang yang mampu dan bisa menaksir kekayaan Indonesia. Hal ini harus dilakukan supaya bisa memberikan target pendapatan dam proyek B merupakan mekanisme untuk memenuhi terget yang telah ditetapkan, sehingga proyek B itu seperti mengeksplotitasi potensi-potensi kekayaan alam yang ada di Indonesia”.

Setelah presentasi Muhtar Said terkait dengan pidato Hiedenberg, diskusi mulai mengalir. Tanya jawab tiada sekat menjadi sebuah alur dalam diskusi ini. Moderator yang seharusnya menjadi pengatur jalannya diskusi menjadi tidak “berguna”, karena terlalu asik diskusi.

Fahmi (Aktivis HMI Jakarta)

Soekarno begitu dipuja sekali, karena program kerja saja menginduk pada pidatonya. Soekarno sangat serius menjaga kewibawaan Indonesia, karena berani mengakan kepalanya saat berhadapan dengan negara maju seperti Jerman. Sesungguhnya Yamin, hanyalah mencari muka dihadapan Soekarno, sehingga dirinya memuja-muja pidato Soekarno ,bahkan sampai dijadikan pedoman pembuatan program kerja, mengingat pada waktu itu Yamin masuk dalam kabinet kepengurusan presiden Soekarno.

Ibnu Mufti

Yamin memang suka melambai-lambai dalam hal bahasa. Sehingga saya curiga bahasa Soekarno saat pidato itu adalah bahasanya Yamin. Jadi kemungkinan yang membuatkan naskah pidato Soekarno saat pidato adalah Yamin.

David Bayu Narendra

Heheheh Yamin memang gitu orangnya. Lebai dalam hal pergerakan, lihat saja sumpah pemuda, dia beri gelar sebagai sumpah Indonesia raya

Hendra (ketua Permahi DPC Jakarta)

Yamin terlalu mendramatisir pidato Soekarno, namun melihat program-program untuk Indonesia yang tertulis dengan jelas di buku ini (Pembangunan Semesta) menandakan dirinya punya visi, karena mampu memberikan penjelasan terkait hal-hal yang diutuhkan untuk membangun bangsa ini, termasuk sumber-sumber yang mau dieksploitasi.

Andrian (Ketua DPP PERMAHI)

Yamin merupakan seorang organisatoris, sehingga dirinya mempunyai keahlian untuk menata program-program pemerintah dengan rigid.

Begitulah rangkuman (singkat) diskusi “Pidato Heidenberg” yang diutarakan oleh Muhtar Said yang 
kemudian ditanggapi oleh teman-temannya. Tulisan ini tidak menggambarkan suasana diskusi sesungguhnya, karena diskusi dilaksanakan dari jam 20.00-00.00 WIB. Sehingga banyak isi yang tidak ditulis dalam catatan ini.

Setelah selesai diskusi, kamipun membuat kolak pisang dan ketela pohon, kemudian kita makan bersama-sama. Sambil makan kemudian kita ngobrol-ngobrol ringan, dari hasil obrolan itu terbesitlah program wisata gedung-gedung tua yang pernah menjadi prasasti sejarah gerakan anak-anak hukum.(admin)




[1] Muhammad Yamin, Pembangunan Semesta, hlm 1
[2] Ibid hlm 1-2

Related

Materi Diskusi 638242110749207241

Posting Komentar

emo-but-icon

WELCOME

NEWS

Kurikulum Sekolah Muhammad Yamin

Hot in week

Arsip

Kuliah Progresif

Alamat

item