Tokoh yang Absen di Upacara Proklamasi 1945


17 Agustus 1945. 71 tahun yang lalu. Di pagi hari orang-orang menjalani aktivitasnya seperti hari biasanya. Belum banyak yang tahu kalau hari itu adalah hari bersejarah bagi bangsa Indonesia. Namun di Jalan Pegangsaan Timur 56, kediaman Soekarno, telah dipenuhi banyak orang. Sejak pagi hari semua orang di situ tampak sibuk. Saling mengecek satu sama lain sesuai dengan tugas masing-masing.

Teks proklamasi yang dibuat dan diketik semalaman, telah siap dibacakan oleh Soekarno. Rencana akan dibacakan pukul 10.00 tepat. Namun beberapa menit sebelum dibacakan Soekarno dan Hatta teringat seseorang yang belum kelihatan. Lalu, Soekarno dan Hatta mengirim dua utusan untuk menjemput orang itu.

Utusan Soekarno dan Hatta pun segera pergi dengan terburu-buru menuju rumah orang tersebut. Sesampainya di sana, orang yang dijemput itu masih tidur pulas di atas tempat tidur. Mereka kemudian membangunkannya dan menyampaikan pesan Soekarno dan Hatta agar dia segera datang ke tempat upacara akan dilangsungkan. Utusan itu juga mengatakan kalau dia telah ditunggu banyak orang di Jalan Pegangsaan Timur 56.

Namun dia enggan untuk menghadiri acara tersebut. Dia masih tampak lelah dan tak merasa begitu penting untuk turut hadir. Dia hanya mengirimkan pesan permintaan maaf untuk disampaikan kepada Soekarno karena tidak bisa hadir, dan upacara proklamasi kemerdekaan segera dimulai saja tanpa dirinya.

Tepat pukul 10.00 WIB, akhirnya Soekarno membacakan teks proklamasi kemerdekaan Indonesia. Walau tanpa kehadiran orang yang ditunggu Soekarno untuk ikut serta.

Dalam bukunya berjudul Lahirnya Republik Indonesia, dia menulis kenapa dia memutuskan untuk tidak ikut hadir :

"Saya masih tidur sewaktu kurang lebih pukul 10.00 pagi pada tanggal 17 Agustus datang dua utusan dari Sukarno dan Hatta untuk membangunkan saya. Mereka mengatakan pada saya bahwa harus segera berpakaian untuk menyaksikan upacara pengibaran bendera nasional sang Merah Putih dan pembacaan Proklamasi Kemerdekaan.

Banyak orang, demikian mereka laporkan, telah datang hadir di Pegangsaan Timur 56. Sukarno dan Hatta menunggu kedatangan saya sebelum memulai upacara khidmat dan bersejarah itu.

Saya begitu merasa lelah dari kejadian yang menegangkan syaraf yang baru saya alami sepanjang hari dan malam sebelumnya sehingga saya memutuskan untuk meneruskan istirahat saya.

Apa yang saya ingini? Mimpi Indonesia Merdeka telah menjadi kenyataan. Apa bedanya saya hadir atau tidak? Hal yang paling penting adalah bahwa kita sendiri dan generasi berikutnya dari Rakyat saya telah menjadi warga negara yang bebas dari sebuah Negara Merdeka : REPUBLIK INDONESIA!

Saya mengirim sebuah pesan kepada Bung Karno dan Bung Hatta meminta mereka untuk memaafkan ketidak hadiran saya dan supaya mereka segera saja memulai acara Proklamasi Kemerdekaan." 

Orang yang memilih tidak hadir itu bernama Mr. Ahmad Soebardjo. Menteri Luar Negeri RI pertama. Lulusan fakultas hukum Universitas Leiden, Belanda. 

Related

Artikel 7890954171312785508

Posting Komentar

  1. luaarrr biasa...lucu juga yaa dibalik gelegar proklamasi

    BalasHapus
  2. Mungkin Mr. Ahmad Soebardjo lelah
    sebagai orang yang menghargai proses tentunya tak dapat dipisahkan sejarah Indonesia pra Kemerdekaan dengan campur tangan Soebardjo

    BalasHapus

emo-but-icon

WELCOME

NEWS

Kurikulum Sekolah Muhammad Yamin

Hot in week

Arsip

Kuliah Progresif

Alamat

item