Muhammad Yamin : Rumus Negara Unitaris = Revolusi Nasional + (Revolusi Politik + Revolusi Sosial)
https://pustokum.blogspot.com/2016/08/muhammad-yamin-rumus-negara-unitaris.html
Oleh : Muhtar Said
Sumber foto : |
Yamin
mempunyai rumus tersendiri dalam merencanakan penataan sistem ketatanegaraan
Indonesia. Metode Yamin dalam menata sistem ketatanegaraan menggunakan rumus Revolusi
nasional. Sebelumnya, yang dimaksud dengan Revolusi Nasional adalah perjuangan
seluruh rakyat Indonesia untuk mempertahankan dan membela kedaulatan Republik
Indonesia. Perjuangan ini dimulai sejak proklamasi yang diumumkan pada tanggal
17 agustus 1945 sampai dengan sidang Konstituante diadakan.[1]
Jadi revolusi nasional ada batas waktunya, sehingga aktor-aktor penggeraknya
bisa termotivasi untuk menyelesaikannya sesuai dengan perencanaan.
Fokus
revolusi nasional pada awalnya lebih banyak menggunakan perjuangan fisik,
perjuangan di medan pertempuran, karena ini terkait dengan mempertahankan dan
membela kedaulatan Republik Indonesia yang baru saja lahir namun masih banyak
negara yang tidak menginginkan Indonesia merdeka, sehingga mereka banyak mengirimkan
tentaranya ke bumi nusantara untuk menjadikan Indonesia sebagai wilayah
kolonialnya. Dengan keadaan yang demikian, maka tidak heran jika banyak
pertempuran yang melibatkan rakyat Indonesia dengan pasukan para sekutu. Bagi
Yamin merdeka 100% adalah hal yang mutlak, sehingga mengusir para tentara
penjajah adalah jalan satu-satunya untuk mempertahankan kemerdekaan dan
kedaulatan Republik Indonesia.
Yamin
merupakan konseptor ulung yang dimiliki oleh Indonesia, untuk itu dia tidak mau
terjebak hanya untuk mengusir penjajahan saja, tetapi menata sistem
ketatanegaran juga penting. Yamin menyadari betul, membangun negara tidak
mungkin bisa tercapai melalui metode perang. Perang hanyalah alat untuk
mempertahankan kemerdekaan, sedangkan untuk membangun negara supaya sesui
dengan tujuan didirikannya negara, maka sistem negara juga perlu dirumuskan,
karena berjalannya roda organisasi negara itu karena adanya sistem ketatanegaraan
yang sesuai dengan kehendak rakyat dan letak geografis wilayah.
Jadi,
ketika masa perang sudah selesai, pemerintah sudah siap untuk menjalankan roda
pemerintahan, sehingga Indonesia juga tidak tertinggal jauh dengan negara
lainnya. Yamin, meskipun dirinya tidak bisa merawat dirinya sendiri, karena
Yamin dikenal dengan sosok yang kusut, rambutnya jarang disisir,[2]
namun Yamin adalah seorang yang rapi dalam menyiapkan gerakan. Bisa jadi, badanya
jarang dirawat karena waktunya ia habiskan untuk mengabdi pada negara, Yamin
memang sosok penggila Indonesia.
Yamin
selalu istiqomah dengan
tujuan-tujuannya. Untuk mencapai tujuan yang diinginkannya, Yamin selalu rapi
dalam merencanakannya. Perilaku Yamin yang seperti ini, pernah ia laksanakan
ketika Yamin memperjuangkan adanya bahasa persatuan untuk nusantara, karena
dengan bahasa yang sama, maka akan mempermudah melaksanakan kordinasi, sehingga
kemerdekaan mudah tercapai, karena masing-masing suku merasa disatukan lewat
bahasa, dengan kata lain bahasa adala pemersatu
rakyat Nusantara, karena di bumi nusantara ini, terdiri dari banyak suku
yang bahasanya berbeda-beda. Yamin selalu istiqomah
dalam mengusulkan bahasa persatuan, ini ia lakukan sejak dirinya masih aktif di
organisasi Jong Sumatra Bond, hingga perjuangannya itu terealisasi pada sumpah
pemuda.
Bagi
Yamin, proklamasi adalah pertanda gerakan revolusi nasional dimulai. Meskipun demikian,
jentik-jentik semangat revolusi nasional bisa muncul karena adanya peristiwa
yang terjadi di luar tanah nusantara, yakni adanya peristiwa jatuhnya bom nuklir
di bumi Hirosima, Jepang. Peristiwa tersebut mampu memecah konsentrasi negara
Jepang. Bom nuklir yang meledak di Jepang, membuat kaisar Jepang merasa
frustasi, dia bingung mau melanggengkan kekuasaan di tanah jajahannya atau
membangun kembali negerinya sendiri.
Kejadian
tersebut dimanfaatkan betul oleh para aktor perjuangan Indonesia, Terutama oleh Yamin. Yamin terus mengajak
koleganya untuk terus memekikan semangat kemerdekaan, karena inilah saatnya
melepaskan diri dari belenggu Jepang.
Bangsa
ini, sering merasakan sakit ketika Jepang menduduki Nusantara. Kekerasan-kekerasan
yang dilakukan oleh Jepang kepada rakyat Indonesia sudah terlau banyak. Banyak,
gadis-gadis Indonesia yang terampas kemerdekaan dan keperawanannya. Gadis
Indonesia, dianugerahi wajah yang manis, karena kebanyakan berwajah sawo matang,
manis jika dipandang dan mempunyai sifat lugu. Sifat lugu yang dimiliki oleh
gadis-gadis Indonesia (dulu), membuat tentara Jepang tertarik, kemudian banyak
diantara mereka yang dijadikan alat pemuas nafsu para tentara Jepang. Kisah ini
dicatat oleh maestro sastra Indonesia Pramodya Ananta Toer lewat novelnya yang
berjudul “Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer”.[3]
Masih banyak
lagi penindasan-penindasan yang dilakukan oleh Jepang kepada pribumi di
tanahnya sendiri. Sehingga peristiwa jatuhnya bom atom ke kota Hirosima Jepang
secepat mungkin dimanfaatkan oleh para pejuang Indonesia untuk merumuskan
rencana revolusi nasional dan tanggal 17 Agustus 1945 dijadikan start awalnya.
Gerakan revolusi
nasional merupakan gambaran umum yang dilontarkan oleh Yamin karena untuk
mencapai itu maka pemerintah Indonesia juga harus menjalankan Revolusi
Politik dan revolusi sosial. semua itu dilakukan untuk mendukung terbentuknya
sistem ketatanegaraan Indonesia yang berbentuk Republik Unitaris (Kesatuan)
Indonesia. Jadi kalau digambarkan dalam sebuah rumus, maka Republik Unitaris Indonesia = Revolusi
Nasional + (Revolusi Politik + Revolusi Sosial).
Revolusi Politik dan Sosial
Revolusi
politik dan revolusi sosial, harus berjalan secara beriringan karena kedua
revolusi tersebut menginginkan 3(tiga) tujuan yaitu, pertama rakyat Indonesia berdiri tegak atas tujuan Indonesia
merdeka yang penuh. Kedua bertekad
mendirikan negara kesatuan dan negara kerakyatan, yang berupa Republik
Indonesia menurut hukum dasar. Dan ketiga Menyusun pemerintahan bagian Pusat, Daerah
dan bagian persekutuan desa.[4]
Mari kita urai satu persatu tiga tujuan revolusi politik dan sosial.
1. Rakyat Indonesia berdiri tegak atas
tujuan Indonesia merdeka yang penuh
Untuk menciptakan negara
Indonesia yang berdaulat penuh dibutuhkan semangat yang tinggi, seperti asap
lava gunung merapi yang mampu “menyentuh” ruang-ruang langit. Semangat harus
terus dikobarkan sampai dengan tercapainya tujuan merdeka 100%. Untuk bisa
mencapai merdeka 100%, Yamin berguru dan menggunakan cara-cara Tan Malaka, Sang
maestro pergerakan Indonesia.
Massa aksi adalah setrateginya
Tan Malaka untuk mencapai merdeka 10%. Massa Aksi, adalah judul karya
(porposal) Tan Malaka, yang inti isinya adalah untuk mencapai tujuan merdeka
10%, maka seluruh komponen masyarakat Indonesia harus bersatu dalam
mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Berjuang sampai titik penghabisan, revolusi
butuh tumbal, itulah hukum revolusi.
Rakyat dan pemerintah
Indonesia tidak boleh takut kalah karena rakyat Indonesia diuntungkan oleh
posisi medan perang. Rakyat Indonesia
beruntung berjuang di rumahnya sendiri, sehingga lebih menguasai medan
pertempuran daripada musuh yang datang dari luar. Begitu juga dengan jumlah
personel, rakyat Indonesia lebih banyak daripada tentara musuh.
Perjuangan fisik rakyat
Indonesia juga harus dibarengi dengan propaganda-propaganda yang jitu. Hal ini
dilakukan, supaya perjuangan bangsa Indonesia juga bisa didengar oleh
masyarakat internasional. Dalam kampanyenya itu, lebih ditonjolkan, bahwa yang
berjuang adalah masyarakat sipil, yang bahu membahu dan merelakan darahnya demi
mempertahankan tanah kelahiran. Masyarakat sipil berjuang hanya menggunakan
semangat dan bambu runcing. Jadi yang terdengar oleh masyarakat internasional
adalah ketidakseimbangan senjata, bambu runcing versus senjata canggih.
Isu bambu runcing versus
senjata canggih akan memunculkan rasa iba dari masyarakat Internasional
terhadap perjuangan rakyat Indonesia. Sehingga isu ini akan membuat masyarakat
Internasional memberikan bantuan moril, bantuan itu bisa berupa demontrasi yang
menentang penjajahan dan lain sebagai.
2. Bertekad mendirikan negara kesatuan dan
negara kerakyatan, yang berupa Republik Indonesia menurut hukum dasar.
Yamin beranggapan,
berdirinya Republik Indonesia adalah buah dari sintesis politik yang dilahirkan
oleh massa aksi. Dulunya, para pejuang (pra) kemerdekaan selalu bertarung di
medan perang, itu semua hanya untuk membebaskan tanahnya dari belenggu
penjajah. Selain itu, Republik Indonesia adalah keinginan rakyat Indonesia
sejak lama, Yamin menceritakan, Unitarisme Indonesia Raya itu dikampanyekan
oleh para angkatan 1928, kemudian dilanjutkan oleh para cendekia Partai
Indonesia pada kongresnya di Kota Surabaya tahun 1933.
Republik Indonesia juga
terinspirasi dari karya agung Tan Malaka yang lahir pada tahun 1924 yang
berjudul “Menuju Republik Indonesia”. Jadi negara Indonesia yang berbentuk republik
merupakan suatu keharusan yang harus diterapkan dalam menata sistem
ketatanegaraan Indonesia. Beberapa dasar mengenai Republik Indonesia tersebut
telah menguatkan Yamin, bahwa sistem Republik merupakan sistem yang
diidam-idamkan oleh rakyat Indonesia secara keseluruhan, karena sistem republik
telah dibahas sejak lama, sehingga lebih matang daripada sistem yang lainnya.
3. Menyusun pemerintahan bagian Pusat,
Daerah dan bagian persekutuan desa.
Untuk menguatkan sistem
unitaris maka dibutuhkan pemerintahan yang hirarki. Pemerintahan pusat,
Pemerintahan daerah dan perkumpulan desa. Herarki pemerintahan yang seperti itu
mutlak diterapkan, ketika ingin melihat negara unitaris berfungsi dengan baik.
Model seperti ini
sesungguhnya agak menyulitkan, karena sejarah pemerintahan di Nusantara itu terdiri
dari berbagai kerajaan, yang mana raja adalah penguasa tertinggi. Membalikan
pemikiran masyarakat mengenai raja bukanlah penguasa tertinggi adalah suatu hal
yang sulit. Untuk itu dibutuhkan wacana-wacana sosial kepada masyarakat. Wacana-
wacana sosial yang seperti itu oleh Yamin disebut sebagai revolusi sosial,
karena harus dilakukan dengan cepat namun harus dilakukan dengan damai. Revolusi
sosial diarahkan untuk menyakinkan kepada raja-raja supaya tunduk pada
pemerintahan Indonesia.
Bagi Yamin, revolusi sosial
telah berjalan dengan lancar. Yamin memberikan contohnya, yakni kerajaan
Surakarta. Kerajaan Surakarta adalah salah satu kerajaan yang terkena dampak
gerakan revolusi sosial karena dengan adanya pemerintahan yang berbentuk
unitaris ini, maka kekuasaannya harus dikurangi. Hal ini dilakukan untuk
mendukung sistem unitaris. Meskipun kekuasaannya sudah dikurangi, kerajaan Surakarta
masih diberikan kewenangan untuk memimpin masyarakatnya, namun hanya sebatas
tentang adat dan budaya, sehingga legitimasi keberadaan seorang raja masih ada
di mata masyarakat. Yang dikurangi adalah terkait dengan permasalahan sistem
adminitrasinya, karena Surakarta juga akan mempunyai seorang pemimpin yang akan
menjalankan tugas dan fungsi negara di tingkat Kota Surakarta.
Yamin beranggapan, dengan
adanya revolusi sosial (dengan contoh penundukan diri kerajaan Surakarta kepada
Pemerintaha Republik Indonesia), maka juga bisa dikatakan, feodalisme telah
digantikan dengan sistem demokrasi, karena feodalisme adalah simbol dari
masyarakat yang menganut sistem kerajaan, sedangkan kerajaan sudah tunduk pada
pemerintah Indonesia. Untuk itu, hukum yang dibuat oleh negara-pun tidak
pandang pilih, raja dan rakyat posisinya sama, tidak dibeda-bedakan dalam
hukum. Padahal dulunya, seorang raja itu berhak membuat hukum semaunya.
Salam Takdzim
Muhtar Said
Peneliti Pusat Studi Tokoh
Pemikiran Hukum
[1] Muhammad
Yamin. Proklamasi dan Konstitusi Republik
Indonesia. Penerbit Djambatan, Jakarta 1952, hlm 3
[2] Baca “Penggila
Indonesia yang Dihujat dan Dipuja” Majalah Tempo edisi Muhammad Yamin, 18
Agustus 2014.
[3] Dalam novel
tersebut diceritakan, pemerintah Jepang, akan menjanjikan perempuan-perempuan
Indonesia akan disekolahkan di Jepang, namun kenyataannya, mereka banyak
dijadikan gundik-gundik tentara Jepang. Banyak juga perempuan-perempuan yang
sudah “diambil” oleh Jepang tidak kembali lagi ke pangkuan orang tuanya, alias
hilang.
[4] Ibid
Muhammad Yamin. Proklamasi dan Konstitusi Republik Indonesia, hlm 18