Soepomo, Penyusun Sistem Hukum Indonesia

sumber foto : Dokumentasi PUSTOKUM
Kokohnya benteng Fasisme Jepang mulai hancur. Kekalahan atas sekutu terjadi dimana-mana. Banyak daerah yang direbut sekutu, Jepang terpukul mundur. Kekalahan Jepang mempengaruhi suasana tanah jajahannya.Indonesia salah satunya.
Mengerti akan kekalahannya. Kemudian, Jepang memberikan janji pada Indonesia, untuk merdeka. Ingin membuat kesan manis, saat pergi. Pada tanggal 29 April 1945 Badan Penyelidik Usaha-usaha Kemerdekaan (BPUPK) terbentuk.[1]
Sesungguhnya. BPUPK bersifat lipstick belaka. Untuk meraih hati bangsa jajahan, agar dapat dukungan. Jepang telah memainkan drama di negeri Indonesia.drama dilawan dengan drama, itulah cerdiknya tokoh Indonesia. Soepomo salah satu lakon dalam drama yang dimainkan oleh Indonesia. Ia prihatin dalam menyaksikan krisis Eropa pada waktu itu, seperti yang ia kemukakan dalam pidatonya yang bersejarah pada tanggal 31 Mei 1945.
‘Tuan-tuan telah mengerti sendiri bahwa sifat demikian harus kita jauhkan dari pembangunan Negara Indonesia, bahkan Eropa sendiri pada waktu sekarang mengalami krisis rokhani yang maha hebat berhubung dengan jiwa rakyat Eropa yang telah jemu kepada keangkara-murkaan sebagai akibat semangat perseorangan tersebut. [...] Dasar negara Sovyet Rusia pada masa sekarang ialah diktatur dari ploretariat. Boleh jadi dasar itu sesuai dengan keistimewaan keadaan sosial dari negara Rusia, akan tetapi dasar pengertian negara itu bertentangan dengan sifat masyarakat Indonesia yang asli. [....] Lain negara, ialah negara Jerman nasional sosialis sebelumnya menyerahkan peperangan sekarang. Negara itu berdasarkan aliran pikiran negara totaliter ‘das Ganze der politischen Einheit des Volkes (integrate theory). Prinsip (fuhrung) sebagai Kernbegrift (ein totaler Fuhrerstaat) dan sebagai Prinsip yang dipakanya juga ialah persamaan darah dan persamaan daerah (blud und bodem theorie) antara pimpinan dan rakyat. [...] Tuan-tuan yang terhormat, dari alam pikiran nasional sosialis, ialah prinsip persatuan antara pimpinan dan rakyat dan prinsip persatuan dalam negara seluruhnya cocok dengan aliran pikiran ketimuran. [...] Kita sekarang meninjau negara Asia, ialah dasar negara Dai Nippon. Negara Dai Nippon berdasarkan atas persatuan lahir dan batin yang kekal antara Yang Masa Mulia Tenno Heika, negara dan rakyat Nippon seluruhnya. Tenno adalah pusat rokhani dari seluruh rakyat. Negara bersandar atas keluarga yang terutama. [...] Dasar persatuan dan kekeluargaan ini sangat sesuai pula dengan corak masyarakat Indonesia.’
Membebek pada Jepang. Bukan bahasa yang benar. Namun Soepomo, bersama Soekarno, Hatta dan tokoh lainnya sedang memanfaatkan peluang untuk membentuk negeri. Sebuah peluang yang jarang didapat di era kolonial Belanda.
Ruang publik, Dokuritsu Junbai Chosakai, BPUPK adalah sebuah media sakral. Menggali konsep negara Indonesia, adalah tugasnya. Putra terbaik bangsa dikumpulkan, demi tugas mulya. Karena membangun bangsa butuh orang-orang khusus dan punya keahlian khusus pula. Membentuk negara butuh keseriusan.
Serius karena harus mengerti tentang sistem negara, sistem hukum, sistem ekonomi dan sistem pemerintahan. Soepomo salah satu orang yang mempunyai keseriusan di bidang itu. Pengalaman dan keahliannya dalam hukum adat dan tatanegara membuatnya layak dipanggil.
Menyusun sistem tata negara tidak-lah asing bagi Soepomo. Pengalamannya menjabat sebagai anggota Komisi Visman dan bidang tata negara dalam departemen justice merupakan bukti. Bahwa ia adalah pakarnya.
Kesibukanya dalam bekerja, tak melupakan tugas bangsa. Nasib bangsa berada ditangannya. Mengedepankan tugas bangsa ia dahulukan, dan menyingkirkan kepentingannya sendiri. Mapan. Adalah hidupnya saat itu. Hidupnya yang sudah mapan tidak membuatnya lupa akan nasib bangsa.
Waktu untuk keluarga ia kurangi. Siang dan malam ia habiskan untuk mengonsep negara. Sungguh romantis. Ia bercinta dengan buku, diskusi dan tugas bangsa. Menjalani tanpa paksaan, menikmati adalah kemulyaan. Itulah Soepomo. Mengerti keadaan negeri. Yang menginginkan kemerdekaan. Kesempatan harus dimanfaatkan.
Konsep negara integralistik. Itulah pidato Soepomo dalam sidang BPUPK. Pidato yang menggelegarkan negeri. Negara integralistik, tidak hanya asal ucap. Teori dan pengalamannya dalam penelitiannya di negeri sendiri dan negeri orang lain menjadi dasar.
Negara tidak boleh mementingkan ssalah satu kelompok, salah satu inti negara Integralistik.[2] Negara untuk semua golongan. Sungguh cantik pemikirannya. Ia tidak mau negeri ini hanya untuk individu ataupun kelompok tertentu. Di podium, Soepomo membisikan kepada audien:
‘[...] ialah teori yang dapat dinamakan teori integralistik yang diajarkan Spinoza, Adam Muller, Hegel dan lain-lain (abad ke-18 dan 19). Menurut pikiran ini negara ialah tidak untuk menjamin kepentingan seseorang atau golongan, akan tetapi menjamin kepentingan masyarakat seluruhnya sebagai persatuan.’
Perdebatan. Adalah hal yang biasa dalam ilmu pengetahuan. Hatta menjadi lakon utama dalam memperdebatkan konsep negara integralistik. Hatta, merasa ada satu celah dalam negara integralistik. Kebebasan berserikat bagi individu belum ada di Negara Integralistik.
Santai adalah gaya Soepomo dalam menjawab pertanyaan sahabatnya itu.[3] Kebebasan berserikat belum saatnya ada di negeri Indonesia. Indonesia baru membangun, maka persatuan menjadi hal yang utama ketimbang perpecahan ide. Berkumpulnya individu membuat serikat, bisa berdampak perpecahan. Serikat satu bertengkar dengan serikat lainnya. Padahal, Indonesia baru butuh persatuan.
Cerdik, itulah Soepomo. Teorinya sesuai dengan keadaan. Persatuan diutamakan. Totalitas individu pada negara adalah kewajiban. Itu perlu diterapkan.Mengingat sejarah bangsa Indonesia adalah sejarah pertikaian.Perang antar kerajaan, suku, etnis, dan perebutan kekuasaan melalui jalur pembantaian sarat dalam cerita sejarah masa lampau.
Kekeluargaan. Sifat yang ingin dibangun Soepomo dalam negeri ini. Keluarga akan runtuh dan tercerai berai jika tidak ada kepercayaan. Ayah, ibu dan anak-anaknya bahu membahu untuk membangun keluarga. Inilah contoh bernegara yang baik, menurut Soepomo.
Jangan mengorek luka lama. Sebuah pesan dari konsep negara integralistik. Politik adu domba, adalah potensi bagi banyaknya individu yang berserikat. Soepomo masih sakit dengan perpecahan bangsa, iapun mengingat ada diskriminasi terhadap masyarakat Indonesia. Ia mengetahui saat masih kecil, melihat anak seusianya tidak bisa sekolah hanya karena warna kulit. Ia tidak mau itu ada dan berlaku di Indonesia kelak.
Terlepas dari itu semua. Konsep negara integralistik tetap masih menjadi perdebatan. Perdebatan ini membuktikan, teori ini sungguh menakjubkan, karena sering dibicarakan. Sampai saat ini. Inilah pemikiran tokoh bangsa, yang dibangun dengan hati dan kecintaannya pada ibu pertiwi.
Konsep negara intergralistik, meskipun dituduh sebagai pandangan yang menyerahkan aras pijak pada tirani, namun ia menyumbangkan filsafat pada perbendaharaan ide. Para jenius nusantara berdebat dengan caranya yang elegan. Soepomo menampilkan pesonanya diantara jenius yang lain. Pada tanggal 29 Mei 1945, Mr. Yamin mengajukan pidatonya bertajuk ‘asas dan dasar negara kebangsaan Republik Indonesia’ Konon ia juga melampirkan ‘Konsep Rancangan Undang-Undang Dasar Republik Indoensia.
Bagi Yamin, dasar negara termasuk bentuk negara, bentuk pemerintahan, luas wilayah perbatasan negara, hubungan negara dan agama, dst. Berbeda dengan Hatta, yang berpidato pada hari yang sama dengan Soepomo. Ia mengungkapkan konsep tentang negara persatuan, negara persekutuan, negara serikat, dan demokrasi Indonesia.
Hingga parade festival pemikiran filsafat ditutup dengan pidato Soekarno pada tanggal 1 Juni 1945. Pancasila menyiba tabir ruas-ruas gedung BPUK. Pancasila merupakan warisan para jenius pendiri bangsa sebagai satu pandangan dunia weltanschauung, satu dasar falsafah philosofische grondlag.[4] Meski, teori integralistik nampak tercerabut dalam pasar ide paripurna. Namun bisa diungkapkan, bahwa ide ini ‘telah melebur’ dalam jiwa bangsa.



[1]Baca. Marwati Djoened Poesponegoro & Nugroho Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia VI, hlm 26-27 .dalam buku ini diterangkan BPUPK hanya untuk pulau Jawa, karena Sumatera oleh militer Jepang dirasa belum siap untuk menerima kemerdekaan.  Ini jelas bertentangan dengan janji Peradan Menteri Koiso pada tanggal 7 septemberi 1944 yang kemudian di implementasikan menjadi BPUPK.janji sang menteri ingin memberikan kemerdekaan kepada seluruh tanah air Indonesia ternyata ia langgar.
[2] Ahmad Suhelmi, Pemikiran Politik Barat, Gramedia Pustaka, Utama, Jakarta, 2007 hlm 261
[3] Sahabat adalah kata yang cocok untuk Soepomo dan Hatta.Seperti yang dijelaskan di halaman atas.Soepomo dan Hatta adalah sahabat, karena mereka pernah berjuang bersama saat masih melaksanakan studi di belanda.Mereka berkumpul di Pergerakan Indonesia.hal itu menandakan keduanya sudah saling kenal, baik pribadi maupun pemikiran keduanya. Bisa jadi perdebatan keduanya adalah drama, karena didalam sidang BPUPK tersebut diawasi oleh militer Jepang.
[4] Yudi Latief. Negara Paripurna. Historisitas, Rasionalitas, dan Aktualitas Pancasila. 2012. Gramedia Pustaka Mandiri. Jakarta. Hlm. 58. Watak Pancasila sebagai dasar falsafah bangsa adalah warga religius-kegamaan yang transenden. Adalah sebuah kosmologi timur yang tiada bisa ditinggalkan begitu saja. Dulu, sistem persembahan masyarakat prasejarah Nusantara menjadi tanda-tanda (signifier) kehadiran keyakinan akan kekuatan spiritual dalam tubuh peradaban bangsa ini, seperti pemujaan pada simbol yang menguasai pertanian seperti Dewi Laksmi, Dewi Sri, Saripochi, dst. Belum lagi pada abad ke-7 agama-agama dari India, Cina, Arab, dan lain-lain mulai merambah ke nusantara ini. Lihat juga, Soekarno. Pantja-Sila sebagai Dasar Negara. 1958, Kementrian Penerangan RI.

Related

Kegiatan 2913059350338688861

Posting Komentar

emo-but-icon

WELCOME

NEWS

Kurikulum Sekolah Muhammad Yamin

Hot in week

Arsip

Kuliah Progresif

Alamat

item