Soepomo, Penyusun Sistem Hukum Indonesia
https://pustokum.blogspot.com/2016/09/soepomo-penyusun-sistem-hukum-indonesia.html
sumber foto : Dokumentasi PUSTOKUM |
Kokohnya
benteng Fasisme Jepang mulai hancur. Kekalahan atas sekutu terjadi dimana-mana. Banyak daerah yang direbut
sekutu, Jepang terpukul mundur. Kekalahan
Jepang mempengaruhi suasana tanah jajahannya.Indonesia salah satunya.
Mengerti
akan kekalahannya. Kemudian, Jepang memberikan janji pada Indonesia, untuk
merdeka. Ingin membuat kesan manis, saat pergi. Pada tanggal 29 April 1945 Badan
Penyelidik Usaha-usaha Kemerdekaan (BPUPK) terbentuk.[1]
Sesungguhnya. BPUPK bersifat lipstick belaka. Untuk meraih hati bangsa
jajahan, agar dapat dukungan. Jepang
telah memainkan drama di negeri Indonesia.drama dilawan dengan drama, itulah
cerdiknya tokoh Indonesia. Soepomo salah satu lakon dalam drama yang dimainkan oleh Indonesia. Ia prihatin dalam menyaksikan krisis Eropa pada waktu
itu, seperti yang ia kemukakan dalam pidatonya yang bersejarah pada tanggal 31
Mei 1945.
‘Tuan-tuan
telah mengerti sendiri bahwa sifat demikian harus kita jauhkan dari pembangunan
Negara Indonesia, bahkan Eropa sendiri pada waktu sekarang mengalami krisis
rokhani yang maha hebat berhubung dengan jiwa rakyat Eropa yang telah jemu
kepada keangkara-murkaan sebagai akibat semangat perseorangan tersebut. [...]
Dasar negara Sovyet Rusia pada masa sekarang ialah diktatur dari ploretariat.
Boleh jadi dasar itu sesuai dengan keistimewaan keadaan sosial dari negara
Rusia, akan tetapi dasar pengertian negara itu bertentangan dengan sifat
masyarakat Indonesia yang asli. [....] Lain negara, ialah negara Jerman
nasional sosialis sebelumnya menyerahkan peperangan sekarang. Negara itu
berdasarkan aliran pikiran negara totaliter ‘das Ganze der politischen Einheit des Volkes (integrate theory).
Prinsip (fuhrung) sebagai Kernbegrift (ein totaler Fuhrerstaat)
dan sebagai Prinsip yang dipakanya juga ialah persamaan darah dan persamaan
daerah (blud und bodem theorie)
antara pimpinan dan rakyat. [...] Tuan-tuan yang terhormat, dari alam pikiran
nasional sosialis, ialah prinsip persatuan antara pimpinan dan rakyat dan
prinsip persatuan dalam negara seluruhnya cocok dengan aliran pikiran
ketimuran. [...] Kita sekarang meninjau negara Asia, ialah dasar negara Dai
Nippon. Negara Dai Nippon berdasarkan atas persatuan lahir dan batin yang kekal
antara Yang Masa Mulia Tenno Heika, negara dan rakyat Nippon seluruhnya. Tenno
adalah pusat rokhani dari seluruh rakyat. Negara bersandar atas keluarga yang
terutama. [...] Dasar persatuan dan kekeluargaan ini sangat sesuai pula dengan
corak masyarakat Indonesia.’
Membebek
pada Jepang. Bukan
bahasa yang benar. Namun Soepomo, bersama Soekarno, Hatta dan tokoh lainnya
sedang memanfaatkan peluang untuk membentuk negeri. Sebuah peluang yang jarang
didapat di era kolonial Belanda.
Ruang publik, Dokuritsu
Junbai Chosakai, BPUPK adalah sebuah media sakral. Menggali konsep negara
Indonesia, adalah tugasnya. Putra
terbaik bangsa dikumpulkan, demi tugas mulya. Karena membangun bangsa
butuh orang-orang khusus dan punya keahlian khusus pula. Membentuk negara butuh
keseriusan.
Serius
karena harus mengerti tentang sistem negara, sistem hukum, sistem ekonomi dan
sistem pemerintahan. Soepomo
salah satu orang yang mempunyai keseriusan di bidang itu. Pengalaman dan keahliannya
dalam hukum adat dan tatanegara membuatnya layak dipanggil.
Menyusun
sistem tata negara tidak-lah asing bagi Soepomo. Pengalamannya menjabat
sebagai anggota Komisi Visman dan bidang tata negara dalam departemen justice merupakan bukti. Bahwa ia adalah
pakarnya.
Kesibukanya
dalam bekerja, tak melupakan tugas bangsa. Nasib bangsa berada
ditangannya. Mengedepankan tugas
bangsa ia dahulukan, dan menyingkirkan kepentingannya sendiri. Mapan. Adalah hidupnya saat itu. Hidupnya yang sudah mapan
tidak membuatnya lupa akan nasib bangsa.
Waktu
untuk keluarga ia kurangi. Siang dan malam ia habiskan untuk mengonsep negara.
Sungguh romantis. Ia
bercinta dengan buku, diskusi dan tugas bangsa. Menjalani tanpa paksaan,
menikmati adalah kemulyaan. Itulah Soepomo. Mengerti keadaan negeri. Yang menginginkan
kemerdekaan. Kesempatan
harus dimanfaatkan.
Konsep
negara integralistik. Itulah
pidato Soepomo dalam sidang BPUPK. Pidato
yang menggelegarkan negeri. Negara integralistik, tidak hanya asal ucap. Teori
dan pengalamannya dalam penelitiannya di negeri sendiri dan negeri orang lain menjadi dasar.
Negara
tidak boleh mementingkan ssalah satu kelompok, salah satu inti negara
Integralistik.[2] Negara untuk semua
golongan. Sungguh
cantik pemikirannya. Ia tidak mau negeri ini hanya untuk individu ataupun
kelompok tertentu. Di podium, Soepomo
membisikan kepada audien:
‘[...]
ialah teori yang dapat dinamakan teori integralistik yang diajarkan Spinoza,
Adam Muller, Hegel dan lain-lain (abad ke-18 dan 19). Menurut pikiran ini
negara ialah tidak untuk menjamin kepentingan seseorang atau golongan, akan
tetapi menjamin kepentingan masyarakat seluruhnya sebagai persatuan.’
Perdebatan. Adalah hal yang biasa dalam
ilmu pengetahuan. Hatta
menjadi lakon utama dalam memperdebatkan konsep negara integralistik. Hatta, merasa ada satu
celah dalam negara integralistik. Kebebasan
berserikat bagi individu belum ada di Negara Integralistik.
Santai
adalah gaya Soepomo dalam menjawab pertanyaan sahabatnya itu.[3] Kebebasan berserikat belum
saatnya ada di negeri Indonesia.
Indonesia baru membangun, maka persatuan menjadi hal yang utama ketimbang
perpecahan ide. Berkumpulnya
individu membuat serikat, bisa berdampak perpecahan. Serikat satu bertengkar
dengan serikat lainnya. Padahal,
Indonesia baru butuh persatuan.
Cerdik,
itulah Soepomo. Teorinya
sesuai dengan keadaan. Persatuan
diutamakan. Totalitas
individu pada negara adalah kewajiban. Itu perlu diterapkan.Mengingat sejarah
bangsa Indonesia adalah sejarah pertikaian.Perang
antar kerajaan, suku, etnis, dan perebutan kekuasaan melalui jalur pembantaian
sarat dalam cerita sejarah masa lampau.
Kekeluargaan. Sifat yang ingin dibangun
Soepomo dalam negeri ini. Keluarga akan runtuh dan tercerai berai jika tidak
ada kepercayaan. Ayah, ibu dan anak-anaknya bahu membahu untuk membangun
keluarga. Inilah
contoh bernegara yang baik, menurut Soepomo.
Jangan
mengorek luka lama. Sebuah
pesan dari konsep negara integralistik. Politik adu domba, adalah
potensi bagi banyaknya individu yang berserikat. Soepomo masih sakit dengan
perpecahan bangsa, iapun mengingat ada diskriminasi terhadap masyarakat
Indonesia. Ia
mengetahui saat masih kecil, melihat anak seusianya tidak bisa sekolah hanya
karena warna kulit. Ia tidak mau itu ada dan berlaku di Indonesia kelak.
Terlepas
dari itu semua. Konsep
negara integralistik tetap masih menjadi perdebatan. Perdebatan ini membuktikan,
teori ini sungguh menakjubkan, karena sering dibicarakan. Sampai saat ini. Inilah pemikiran tokoh
bangsa, yang dibangun dengan hati dan kecintaannya pada ibu pertiwi.
Konsep negara intergralistik, meskipun dituduh sebagai
pandangan yang menyerahkan aras pijak pada tirani, namun ia menyumbangkan
filsafat pada perbendaharaan ide. Para jenius nusantara berdebat dengan caranya
yang elegan. Soepomo menampilkan pesonanya diantara jenius yang lain. Pada
tanggal 29 Mei 1945, Mr. Yamin mengajukan pidatonya bertajuk ‘asas dan dasar
negara kebangsaan Republik Indonesia’ Konon ia juga melampirkan ‘Konsep
Rancangan Undang-Undang Dasar Republik Indoensia.
Bagi Yamin, dasar negara termasuk bentuk negara, bentuk
pemerintahan, luas wilayah perbatasan negara, hubungan negara dan agama, dst.
Berbeda dengan Hatta, yang berpidato pada hari yang sama dengan Soepomo. Ia
mengungkapkan konsep tentang negara persatuan, negara persekutuan, negara
serikat, dan demokrasi Indonesia.
Hingga parade festival pemikiran filsafat ditutup dengan
pidato Soekarno pada tanggal 1 Juni 1945. Pancasila menyiba tabir ruas-ruas
gedung BPUK. Pancasila merupakan warisan para jenius
pendiri bangsa sebagai satu pandangan dunia weltanschauung,
satu dasar falsafah philosofische
grondlag.[4] Meski, teori integralistik nampak tercerabut dalam pasar
ide paripurna. Namun bisa diungkapkan, bahwa ide ini ‘telah melebur’ dalam jiwa
bangsa.
[1]Baca. Marwati Djoened
Poesponegoro & Nugroho Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia VI, hlm
26-27 .dalam buku ini diterangkan BPUPK hanya untuk pulau Jawa, karena Sumatera
oleh militer Jepang dirasa belum siap untuk menerima kemerdekaan. Ini jelas bertentangan dengan janji Peradan
Menteri Koiso pada tanggal 7 septemberi 1944 yang kemudian di implementasikan
menjadi BPUPK.janji sang menteri ingin memberikan kemerdekaan kepada seluruh
tanah air Indonesia ternyata ia langgar.
[2] Ahmad Suhelmi, Pemikiran Politik Barat, Gramedia
Pustaka, Utama, Jakarta, 2007 hlm 261
[3] Sahabat adalah kata yang
cocok untuk Soepomo dan Hatta.Seperti yang dijelaskan di halaman atas.Soepomo
dan Hatta adalah sahabat, karena mereka pernah berjuang bersama saat masih
melaksanakan studi di belanda.Mereka berkumpul di Pergerakan Indonesia.hal itu
menandakan keduanya sudah saling kenal, baik pribadi maupun pemikiran keduanya.
Bisa jadi perdebatan keduanya adalah drama, karena didalam sidang BPUPK tersebut
diawasi oleh militer Jepang.
[4] Yudi Latief. Negara Paripurna. Historisitas,
Rasionalitas, dan Aktualitas Pancasila. 2012. Gramedia Pustaka Mandiri.
Jakarta. Hlm. 58. Watak Pancasila sebagai dasar falsafah bangsa adalah
warga religius-kegamaan yang transenden. Adalah sebuah kosmologi timur yang
tiada bisa ditinggalkan begitu saja. Dulu, sistem persembahan masyarakat
prasejarah Nusantara menjadi tanda-tanda (signifier) kehadiran keyakinan akan
kekuatan spiritual dalam tubuh peradaban bangsa ini, seperti pemujaan pada
simbol yang menguasai pertanian seperti Dewi Laksmi, Dewi Sri, Saripochi, dst.
Belum lagi pada abad ke-7 agama-agama dari India, Cina, Arab, dan lain-lain
mulai merambah ke nusantara ini. Lihat juga, Soekarno. Pantja-Sila sebagai Dasar Negara. 1958, Kementrian Penerangan RI.