Said : Seokarno Meniru Muhammad Yamin

Said sedang makan

Rabu (30/9/2015) Pusat Studi Tokoh Pemikiran Hukum (PUSTOKUM) melanjutkan kajiannya mengenai  pemikiran Muhammad Yamin. Dalam kajian tersebut, Muhtar Said yang mendapatkan giliran untuk mempresentasikan pemikiran Muhammad Yamin. Dalam presentasinya, Said (panggilan akrabnya) mengurai pemikiran Yamin terkait dengan simbol-simbol kedaulatan.

Yamin selalu memberikan nilai-nilai sakral terhadap simbol-simbol milik Indonesia, yakni Bendera, Burung Garuda dan Lagu Indonesia Raya.  Masyarakat Indonesia, harus mampu menjiwai ketiga unsur tersebut, jika ingin membangun bangsa. Hal itu dikarenakan, dengan melekatkan jiwa kepada ketiga simbol tersebut, maka bisa dipastikan akan memunculkan jiwa yang militan dan penuh cinta terhadap republik ini.

“Gerakan Yamin dan Soekarno hampir sama, yakni sering menyakralkan sesuatu, jika Yamin memberikan nili-nilai kepada sumpah pemuda, dan beberapa lambang negara, maka Soekarno juga senang dalam  membikin monument, sebagai bentuk penanda perjuangan masyarakat Indonesia, misalnya Monas” terang Said. 

Nilai-nilai sakral digunakan oleh Yamin dan Soekarno untuk memberikan keistimewaan pada momen-momen yang pernah menjadi bagian dalam sejarah Republik Indonesia.  Sehingga, masyarakat terdorong untuk melakukan “perawatan”, dan menjadikannya sebagai simbol pengingat bagi generasi selanjutnya. Model gerakan seperti ini bisa memberikan pesan kepada kaum muda penerus bangsa, untuk tidak ahistoris dalam memandang bangsa Indonesia.

“Saya kira, hal beginian (sacral-menyakralkan), Soekarno meniru Yamin. Karena Yamin lebih dulu mensyakralkan sesuatu melalui puisi-puisinya, pada tanggal 26 oktober 1928 (dua hari sebelum sumpah pemuda), Yamin telah menulis puisi yang berjudul “Indonesia Tumpah Darahku”, sedangkan Soekarno (yang saya tahu) membentuk monument-monumen setelah pasca kemerdekaan. Bedanya, Yamin mengkultuskan perjuangan lewat tulisan, sedangkan Soekarno lewat bangunan”, timpal Said.

Terlepas dari itu semua, Yamin dan Soekarno adalah dua manusia milik Indonesia, yang telah menyerahkan hati, jiwa, harta dan bendanya untuk kemerdekaan Indonesia. Jadi semua perjuangan yang pernah dilakukan oleh kedua tokoh tersebut patutlah kita sakralkan. (adm)

Related

Materi Diskusi 7205617598679326283

Posting Komentar

emo-but-icon
:noprob:
:smile:
:shy:
:trope:
:sneered:
:happy:
:escort:
:rapt:
:love:
:heart:
:angry:
:hate:
:sad:
:sigh:
:disappointed:
:cry:
:fear:
:surprise:
:unbelieve:
:shit:
:like:
:dislike:
:clap:
:cuff:
:fist:
:ok:
:file:
:link:
:place:
:contact:

WELCOME

NEWSHot in weekArsip

NEWS

Kurikulum Sekolah Muhammad Yamin

Arsip

Kuliah Progresif

Alamat

item