Pustokum Siap Launching Buku Terbarunya

Dari kiri ke kanan: Said (peneliti Pustokum), Prof Muhammad
Nuh (Mantan Mendiknas), Taty (anak ketiga Mr Budhyarto),
Syariefah dan Hiramsyah S Thaib (cucu Budhyarto),
Mufti ((peneliti Pustokum) | dok. pustokum
Selama hampir setahun tim peneliti Pustokum melakukan penelitian seorang tokoh hukum Indonesia, Mr. Budhyarto, yang namanya terasa asing dalam sejarah Indonesia. Dia ternyata memiliki sepak terjang yang cukup banyak untuk Indonesia. Dia adalah lulusan sekolah hukum Leiden University Belanda, aktivis Perhimpunan Indonesia, pendiri PNI, perintis Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta, dan terakhir sebagai aktivis Palang Merah Indonesia (PMI).

Namun akhirnya hasil penelitian tim peneliti Pustokum tentang Mr. Budhyarto telah terkumpulkan dan dalam sebuah buku. Tentu semua pihak merasa bahagia baik dari Pustokum sendiri maupun dari pihak keluarga Budhyarto.

Buku setebal kurang lebih dua ratus halaman itu akan segera dilaunching. Siang tadi (19/04/2016) tim peneliti Pustokum bersama pihak keluarga Mr. Budhyarto berkesempatan melakukan audiensi dengan Ketua DKPP, Prof Jimly Asshiddiqie, yang juga ketua dewan pembina Pustokum di kantornya.

Prof Jimly sangat gembira mendengar kabar ini. Ia sangat apresiatif dan mendukung akan dilaunchingnya buku biografi Mr. Budhyarto. Menurutnya, penguakan-penguakan sejarah tokoh hukum yang belum tersentuh seperti Mr. Budhyarto ini harus terus dilakukan. Dengan begitu, kita sebagai bangsa tidak menjadi bangsa yang a historis. Karena bagaimana pun juga, apa yang dilakukan kita sekarang ini adalah akumulasi apa yang telah dilakukan oleh pendahulu kita.

"Terkadang kita itu merasa membangun dari awal. Padahal sebetulnya apa yang kita bangun ini sudah dilakukan oleh nenek moyang kita dulu. Ini berbahaya, karena ketidaktahuan akan sejarah membuat kita tidak berterima kasih kepada pendahulu kita. Dan pada akhirnya kita menjadi sombong. Nah, penelitian yang seperti ini penting. Karena membantu bangsa kita agar tidak amnesia terhadap sejarah." Kata Prof Jimly dengan nada serius.

Kebetulan pada saat itu hadir juga Prof Muhammad Nuh, Mantan Menteri Pendidikan Nasional. Ia juga mengamini apa yang dikatakan oleh Prof Jimly.

"Betul. Kita memang seringkali tidak ada rasa terima kasih kepada pendahulu kita. Problemnya cuma satu, karena kita buta sejarah," jelas Prof Muhammad Nuh.

Dalam kesempatan itu, dari pihak keluarga Mr. Budhyarto diwakili oleh anak dan cucunya. Anaknya, Taty, walau sudah berusia 82 tahun masih terlihat sehat dan semangat untuk hadir menemui Prof Jimly. Sedangkan cucunya yang hadir adalah Hirmasyah S. Thaib dan Syariefah.

Rencananya buku biografi dengan judul "Mr. R.S. Budhyarto Martoatmodjo: Pejuang Kemerdekaan dan Pendidik Tiga Zaman" ini akan dilaunching pada bulan Mei mendatang. Mengingat momen penting yang ada di bulan Mei yaitu Hari Pendidikan Nasional dan Hari Kebangkitan Nasional.

Related

Sang Magistrate

Syukron Salam, dilingkangan Satjipto Rahardjo Institute (SRI) sering dipanggil dengan “bendoro”. Bendoro adalah panggilan seorang majikan (bos) di Jawa. Disebut bendoro karena orangnya “tidak pernah ...

Selamat Jalan Kang Waseron

Kang Waseron (almarhum) Orangnya begitu ramah, ringan tangan dan selalu tampak keceriaan di wajahnya. Dia adalah Kang Waseron, teman dan sahabat kami yang dipertemukan oleh kehidupan di Jakarta.&n...

Mr. R. Sundoro Budhyarto Martoatmodjo, Pejuang Kemerdekaan dan Pendidik Tiga Zaman

Normal 0 false false false EN-US X-NONE X-NONE MicrosoftInternetExplorer4 Mr. R. Sundoro Budhyarto Martoat...

Posting Komentar

emo-but-icon
:noprob:
:smile:
:shy:
:trope:
:sneered:
:happy:
:escort:
:rapt:
:love:
:heart:
:angry:
:hate:
:sad:
:sigh:
:disappointed:
:cry:
:fear:
:surprise:
:unbelieve:
:shit:
:like:
:dislike:
:clap:
:cuff:
:fist:
:ok:
:file:
:link:
:place:
:contact:

WELCOME

NEWSHot in weekArsip

NEWS

Kurikulum Sekolah Muhammad Yamin

Arsip

Kuliah Progresif

Alamat

item